Langsung ke konten utama

PEREKONOMIAN CHINA DAAN PERKEMBANGANNYA

A.Reformasi Ekonomi China

Banyak yang terheran-heran dan kagum melihat perkembangan dan pembangunan China yang sangat pesat dan fenomenal. Pertanyaan yang selalu muncul adalah bagaimana ini bisa terjadi, bila melihat kondisi China 80-an yang masih tertinggal, bahkan dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN.
Secara garis besar reformasi yang dilakukan China ada empat tahap, yaitu yang pertama tahun 1978-1984 yang merupakan tahap awal dan tahap penerapan prinsip ekonomi pasar dengan fokus pada wilayah pedesaan pemerintah mempromosikan sosialisme pasar guna menciptakan pasar kerja. Pertimbangannya, tanpa kebebasan untuk mengalokasikan “sumberdaya kerja” tidak akan sanggup bertindak rasional dalam merestrukturisasi produksi guna merespon sinyal yang dipancarkan oleh pasar.
Tahap kedua pada tahun 1984-1992 yang menekankan pada penerapan perekonomian pasar di kota dengan menyesuaikan harga menurut hukum penawaran dan permintaan walaupun dengan perencanaan yang tidak terpusat. Pemerintah kemudian menetapkan empat zona khusus ekonomi di sepanjang pesisir selatan provinsi Guangdong dan Fujian, bagi investor asing.
Tahap yang ketiga ialah dimulai pada tahun 1992, Cina menagaskan bahwa target dari reformasinya yaitu membangun sistem ekonomi pasar sosialis yang baru melalui reformasi market oriented di berbagai bidang dan ada perencanaan dengan baik. Hasilnya, pada 1983 hampir 98 persen dari seluruh petani rumah tangga beroperasi menurut logika sistem baru ini, dimana lahan-lahan kolektif dimanfaatkan untuk memproduksi barang-barang yang dijual di pasar.
Tahap yang terakhir dimulai pada tahun 2003 yang menekankan pada “Penyempurnaan Sistem Ekonomi Pasar Sosialis” yang direncanakan akan terwujud pada tahun 2020. Tahap keempat ini menekankan pada 5 pilar yang menjadi penopang terwujudnya penyempurnaan ini yaitu titik berat pada wilayah perkotaan dan pedesaan secara bersama-sama, pembangunan wilayah lokal, pembangunan sosial dan ekonomi, keseimbangan antara pembangunan manusia dan alam, serta peningkatan pembangunan internal dan kerjasama internasional.

Bila diamati sejak awal reformasi digulirkan,  Deng Xiaoping dan kawan-kawan tidak memiliki cetak biru tentang China yang akan dibangun.Mereka hanya memiliki semangat dan hasrat besar serta komitmen untuk membangun China yang kuat dan kaya. Komitmen ini merupakan jawaban atas berbagai persoalan dan kesulitan yang dihadapi.
Dalam bidang ekonimi, para pemimpin China menyadari bahwa model Sovyet yang dianut sejak 1950-an ternyata tidak cocok dan hanya membawa perubahan sedikit dan lambat. Inipun gagal untuk menutup kesenjangan ekonomi antara China dengan negara-negara maju. Ada beberapa yang menjadi kunci keberhasilan reformasi China, diantaranya:
1.      Reformasi dilakukan dengan hati-hati, bertahap, pragmatis dan penuh kesabaran. Dalam melakukan reformasi China terlebih dahulu meletakkan pada arah reformasi dan tidak terburu-buru ingin melihat hasilnya. Ini terlihat dari indikasi-indikasi keberhasilan reformasi yang baru nampak pada awal-awal 1990-an, padahal reformasi dimulai sejak 1978 dan sungguh-sungguh dilaksanakan baru pada 1979.
2.      Keberhasilan reformasi Chinajuga disebabkan oleh keberhasilan reformasi dalam bidang politik, ekonomi, budaya dan hukum.
Dalam bidang politik yaitu munculnya kesadaran bahwa pembangunan tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa adanya stabilitas nasional. Tercapainya stabilitas nasional merupakan faktor penting dalam menunjang pembangunan ekonomi , dan selain itu adanya dukungan  politik yang luas terhadap kepemimpinan nasional.
Keberhasilan menciptakan stabilitas nasional dapat dicapai karena mampu menghindari benturan sejarah, dengan mengakui bahwa China telah tumbuh melalui tahapan, revolusi, rekonstruksi, dan reformasi. Dengan kata lain, mengakui bahwa keberhasilan hari ini tidak terlepas dari modal sejarah masalalu. Itu sebabnya China mampu menempatkan pemimpin-pemimpin nasional mereka pada tempat yang terhormat. Apapun kesalahan dan kekeliruan yang telah dibuatnya, tidak akan menghilangkan jasa-jasa mereka.

 China mengakui keberhasilan Mao Zedong memimpin Partai Komunis China melawan Kuomintang dan memimpin perang gerilya melawan penjajah jepang. Sehingga China bisa berdiri tegak sebagai bangsa yang merdeka dan terhormat. Ini merupakan jasanya yang terbesar. Mao telah memulihkan harga diri dan martabat bangsa China, sehingga tidak lagi dianggap dan dihina oleh bangsa-bangsa lain sperti beberapa puluh tahun lalu.
Keberhasilan ini tidak dihapuskan oleh kegagalan-kegagalannya selama periode kedua masa hidupnya. Dalam reformasi ekonomi, China tidak melakukannya secara besar-besaran dan terburu-buru, tetapi dilakukan secara bertahap dan penuh kesabaran. Reformasi ekonomi dimulai dari sektor pertanian , yang berhasil meningkatkan penghasilan petani.
Keberhasilan ini memperkuat posisi politik Deng Xiaoping untuk melakukan beberapa langkah berikutnya. Petani yang hampi mencapai 800 juta jiwa dan merupakan masyarakat terbesar berada dibelakang Deng Xiaoping. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengembalikan usaha tani yang dahulu dikuasai negara kepada petani. Langkah reformasi selanjutnya adalah mengembangkan industri  manufaktur, memperluas dan mengembangkan usaha kecil dan menengah serta wiraswasta.
Langkah besar dalam melakukan reformasi ekonomi, China mengikuti pola negara industri baru yaitu memberikan prioritas kepada sektor ekonomi yang dapat menghasilkan pertumbuhan pesat tanpa intevensi pemerintah yang besar melalui program industrialisasi.
Berikutnya adalah langkah revolusioner yang tidak lazim dalam negara dengan sistem komunis, yaitu membuka China untuk penanaman modal asing. Proyek penanaman modal ini berhasil meningkatkan produksi dan ekspor dengan sangat pesat, dan dalam waktu yang relatif singkat tanpa pengeluaran dana pemerintah yang besar. Menarik modal asing dengan meningkatkan daya tarik dan pelayanan menjadi aspek penting dalam kebijakan reformasi China. Reformasi dilakukan dalam tubuh birokrasi dan mentalitas pejabat untuk  mengubah sikap yang berorientasi kekuasaan menuju orientasi pelayanan. Penguasa dan birokrat harus menjadi pelayan kepentingan.
Pembenahan berbagai sistem yang berhubungan dengan variabel diperlukan untuk meenarik modal asing dilakukan dengan penuh kesungguhan diantaranya:
§  Menjaga dan mempertahankan stabilitas politik.
§  Lingkungan yang diperlukan untuk menciptakan kenyamanan berusaha.
§  Banyaknya investor asing sebelumnya.
§  Kualitas hidup para ekspatriat.
Pemerintah China mengembangkan dengan sungguh-sungguh fasilitas yang diperlukan , untuk kenyamanan ekspatriat seperti fasilitas perumahan, sekolah-sekolah internasional untuk anak-anak mereka dan kemudahan-kemudahan lainnya.
§  Kehidupan sosial masyarakat setempat yang kondusif untuk perusahaan asing yang menanamkan modalnya di China dan masyarakat asing yang bermukim di China.
Penolakan masyarakat setempat terhadap keberadaan perusahaan asing dan sikap yang tidak ramah terhadap orang asing, akan sangat berpengaruh terhadap iklim berusaha.
§  Tersedianya infrastruktur yang baik untuk mendukung berbagai kemudahan yang diperlukan oleh perusahaan asing yang akan berinvestasi.
§  Kepastian hukum berusaha
Tanpa adanya kepastian hukum mustahil akan dapat menarik modal asing.

            Dengan masuknya China kedalam  badan dunia –WTO, pertumbuhan ekonomi yang cepat ,pembangunan yang berkembang di wilayah barat China, serta stabilitas politik , diharapkan penanaman modal akan  mencapai seratu s milyar dolar Amerika Serikat setiap tahun.
            Reformasi ekonomi bidang administrasi dilakukan secara bertahap dan berhasil mengatasi hiperinflasi, depresiasi yang tajam dari mata uangnya. Pemerintah juga mendirikan lembaga-lembaga yang diperlukan untuk mengendalikan inflasi. Selain itu juga melakukan pembaharuan sistem perbankan dan pengembangan pasar modal. Pasar obligasi didirikan untuk menyerap kelebihan yang dapat menyebabkan inflasi. Bursa efek dikembangkan untuk menarik dana masyarakat untuk ditanam secara produktif.
            Langkah-langkah strategis ini telah mendorong berkembangnnya ekonomi pasar. China telah berhasil membangun ekonominya dengan sistemnya sendiri yang disebut “Ekonomi Pasar Sosialis” (Socialist market economy).
Faktor yang paling penting adalah munculnya Deng Xiaoping sebagai pemimpin China yang memiliki ide yang dinamis, selaras dengan dedikasi, sabar, dan kecintaan yang mendalam terhadap China baru.
Seperti yang diajarkan Sun Tzu, Deng Xiaoping mampu melihat apa yang tidak dilihat oranglain, mengetahui secara mendalam terhadap sesuatu. Kemampuan sepeerti ini hanya dapat dilakukan oleh pemimpin bangsa “yang bukan hanya cerdas, tetapi juga memiliki keberanian”. Karakter kepemimpinan China masa kini atau disebut pemimpin pembaharu. Dalam suatu penelitian , Dr. Sheh Seow Wah menyimpulkan beberapa ciri-ciri kepemimpinan “pembaharu” China yang lahir dari reformasi yaitu:
1.      Memiliki visi dan kepekaan dalam menetapkan tujuan (strong sense of purpose)
2.      Kemampuan yang tinggi dalam mewujudkan gagasan (Good execution power)
3.      Kemampuan membangkitkan inspirasi (ability to isnpire)
4.      Semangat yang kuat untuk mencapai hasil (high sense of achievment)
5.      Memiliki keberanian untuk mengambil resiko yang telah diperhitungkan (willingness to take calculated risk)
6.      Kemampuan untuk membagi pengetahuan dan belajar seumur hidup (commitment as a teacher and long life learner)
7.      Memelihara sikap moral yang baik (maintaining good moral character)
8.      Sangat menjunjung tinggi nilai persahabatan dan meyakini pentingnya memelihara hubungan baik (strong belief in relationships)
Sejak 11 Desember 2011, China telah enam tahun menjadi anggota WTO, dan telah melakukan langkah-langkah penting termasuk reformasi hukum dan menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam upaya menyesuaikan diri sebagai pemain dunia yang terikat pada  ketentuan-keteentuan dan hukum  yang berlaku dan telah disepakati bersama.
Telah ribuan Undang-Undang dan berbagai peraturan yang berhubungan denga perdagangan barang, jasa, hak kekayaan intelektual serta investasi, ditinjau kembali. China juga secara drastis telah menurunkan tarif impor, mengahpus hambatan-hambatan non-tarif , dan melakukan liberalisasi perdagangan luar negerinya.




Pembangunan Sektor Ekonomi China
Republik Rakyat Cina mencirikan ekonominya sebagai Sosialisme dengan ciri Cina. Sejak akhir 1978, kepemimpinan Cina telah memperharui ekonomi dari ekonomi terencana Soviet ke ekonomi yang berorientasi-pasar tapi masih dalam kerangka kerja politik yang kaku dari Partai Komunis. Untuk itu para pejabat meningkatkan kekuasaan pejabat lokal dan memasang manajer dalam industri, mengijinkan perusahaan skala-kecil dalam jasa dan produksi ringan, dan membuka ekonomi terhadap perdagangan asing dan investasi. Kearah ini pemerintah mengganti ke sistem pertanggungjawaban para keluaga dalam pertanian dalam penggantian sistem lama yang berdasarkan penggabunggan, menambah kuasa pegawai setempat dan pengurus kilang dalam industri, dan membolehkan berbagai usahawan dalam layanan dan perkilangan ringan, dan membuka ekonomi pada perdagangan dan pelabuhan asing. Pengawasan harga juga telah dilonggarkan. Ini mengakibatkan Cina daratan berubah dari ekonomi terpimpin menjadi ekonomi campuran.
Pemerintah RRC tidak suka menekankan kesamarataan saat mulai membangun ekonominya, sebaliknya pemerintah menekankan peningkatan pendapatan pribadi dan konsumsi dan memperkenalkan sistem manajemen baru untuk meningkatkan produktivitas. Pemerintah juga memfokuskan diri dalam perdagangan asing sebagai kendaraan utama untuk pertumbuhan ekonomi, untuk itu mereka mendirikan lebih dari 2000 Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones, SEZ) di mana hukum investasi direnggangkan untuk menarik modal asing. Hasilnya adalah PDB yang berlipat empat sejak 1978. Pada 1999 dengan jumlah populasi 1,25 miliar orang dan PDB hanya $3.800 per kapita, Cina menjadi ekonomi keenam terbesar di dunia dari segi nilai tukar dan ketiga terbesar di dunia setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat dalam daya beli. Pendapatan tahunan rata-rata pekerja Cina adalah $1.300. Perkembangan ekonomi Cina diyakini sebagai salah satu yang tercepat di dunia, sekitar 7-8% per tahun menurut statistik pemerintah Cina. Ini menjadikan Cina sebagai fokus utama dunia pada masa kini dengan hampir semua negara, termasuk negara Barat yang mengkritik Cina, ingin sekali menjalin hubungan perdagangan dengannya. Cina sejak tanggal 1 Januari 2002 telah menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia.


Cina daratan terkenal sebagai tempat produksi biaya rendah untuk menjalankan aktivitas pengilangan, dan ketiadaan serikat sekerja amat menarik bagi pengurus-pengurus perusahaan asing, terutama karena banyaknya tenaga kerja murah. Pekerja di pabrik Cina biasanya dibayar 50 sen - 1 dolar Amerika per jam (rata-rata $0,86), dibandingkan dengan $2 sampai $2,5 di Meksiko dan $8.50 sampai $20 di AS. Buruh-buruh RRC ini seringkali terpaksa bekerja keras di kawasan berbahaya dan mudah ditindas majikan karena tiada undang-undang dan serikat pekerja yang bisa melindungi hak mereka.
Pada akhir 2001, tarif listrik rata-rata di Provinsi Guangdong adalah 0,72 yuan (9 sen Amerika) per kilowatt jam, lebih tinggi dari level rata-rata di Cina daratan 0,368 yuan (4 sen AS). Cina resmi menghapuskan "direct budgetary outlays" untuk ekspor pada 1 Januari 1991. Namun, diyakini banyak produsen ekspor Cina menerima banyak subsidi lainnya. Bentuk subsidi ekspor lainnya termasuk energi, bahan material atau penyediaan tenaga kerja. Ekspor dari produk agkrikultur, seperti jagung dan katun, masih menikmati subsidi ekspor langsung. Namun, Cina telah mengurangi jumlah subsidi ekspor jagung pada 1999 dan 2000.
Biaya bahan mentah yang rendah merupakan satu lagi aspek ekonomi Cina. Ini disebabkan persaingan di sekitarnya yang menyebabkan hasil berlebihan yang turut menurunkan biaya pembelian bahan mentah. Ada juga pengawasan harga dan jaminan sumber-sumber yang tinggal dari sistem ekonomi lama berdasarkan Soviet. Saat negara terus menswastakan perusahaan-perusahaan miliknya dan pekerja berpindah ke sektor yang lebih menguntungkan, pengaruh yang bersifat deflasi ini akan terus menambahkan tekanan keatas harga dalam ekonomi.
Insentif pajak "preferensial" adalah salah satu contoh lainnya dari subsidi ekspor. Cina mencoba mengharmoniskan sistem pajak dan bea cukai yang dijalankan di perusahaan domestik dan asing. Sebagai hasil, pajak "preferensial" dan kebijakan bea cukai yang menguntungkan eksportir dalam zona ekonomi spesial dan kota pelabuhan telah ditargetkan untuk diperbaharui.
Ekspor Cina ke Amerika Serikat sejumlah $125 miliar pada 2002; ekspor Amerika ke Cina sejumlah $19 miliar. Perbedaan ini desebabkan utamanya atas fakta bahwa orang Amerika mengonsumsi lebih dari yang mereka produksi dan orang Cina yang dibayar rendah tidak mampu membeli produk mahal Amerika. Amerika sendiri membeli lebih dari yang dibuatnya dan sekalipun rakyat RRC ingin membeli barangan buatan Amerika, mereka tidak dapat berbuat demikian karena harga barang Amerika terlalu tinggi. Faktor lainnya adalah pertukaran valuta yang tidak menguntungkan antara Yuan Cina dan dolar AS yang di"kunci" karena RRC mengikatkannya kepada kadar tetap 8 renminbi pada 1 dolar. Pada 21 Juli 2005, Bank Rakyat Cina mengumumkan untuk membolehkan mata uang renminbi ditentukan oleh pasaran, dan membolehkan kenaikan 0,3% sehari. . Ekspor Cina ke Amerika Serikat meningkat 20% per tahun, lebih cepat dari ekspor AS ke Cina. Dengan penghapusan kuota tekstil, RRC sudah tentu akan menguasai sebagian besar pasaran baju dunia.
Pada 2003, PDB Cina dari segi purchasing power parity mencapai $6,4 trilyun, menjadi terbesar kedua di dunia. Menggunakan penghitungan konvensional Cina diurutkan di posisi ke-7. Meski jumlah populasinya sangat besar, ini masih hanya memberikan PNB rata-rata per orang hanya sekitar $5.000, sekitar 1/7 Amerika Serikat. Laporan pertumbuhan ekonomi resmi untuk 2003 adalah 9,1%. Diperkirakan oleh CIA pada 2002 bahwa agrikultur menyumbangkan sebesar 14,5% dari PNB Cina, industri dan konstruksi sekitar 51,7% dan jasa sekitar 33,8%. Pendapatan rata-rata pedesaan sekitar sepertiga di daerah perkotaan, sebuah perbedaan yang telah melebar di dekade terakhir.
Oleh karena ukurannya yang amat luas dan budaya yang amat panjang sejarahnya, RRC mempunyai tradisi sebagai sebuah negara penguasa ekonomi. Dalam kata Ming Zeng, profesor pengurus di Shanghai, Dalam sebagian statistik, pada pengujung abad ke 16 sekalipun, RRC mempunyai sepertiga PDB. Amerika Serikat yang gagah pada masa kini hanya mempunyai 20%. Jadi, jika Anda membuat perbandingan sejarah ini, tiga atau empat ratus tahun terdahulu, Cina tentulah kuasa terbesar dunia. Percobaan mewujudkan kembali keadaan yang membanggakan ini sudah tentu adalah salah suatu tujuan orang Cina. Maka tidak mengherankan fenomena kebanjiran orang bukan Cina dunia yang lain mau mempelajari Bahasa Cina ini dan kegeraman Amerika dan Barat terhadap Cina secara umum terjadi pada skenario politik dunia pada hari ini.
Akan tetapi, jurang pengagihan kekayaan di antara pesisiran pantai dan kawasan pendalaman Cina masih amat besar. Untuk menandingi keadaan yang berpotensi mengundang bahaya ini, pemerintah melaksanakan strategi Pembangunan Cina Barat pada tahun 2000, Pembangunan Kembali Cina Timur Laut pada tahun 2003, dan Kebangkitan Kawasan Cina Tengah pada tahun 2004, semuanya bertujuan membantu kawasan pedalaman Cina turut membangun bersama.






China merupakan negara yang berkependudukan paling banyak di dunia, jumlah penduduk pada tahun 2008 diperkirakan sekitar 1.324.655.000. Namun, dengan banyaknya penduduk tersebut tidak mempengaruhi produk-produk yang diproduksi oleh China. Hampir dapat dikatakan produk-produk berlabel made in China medominasi pasar dunia mulai dari sekedar peniti sampai perangkat elektronika canggih

Di saat negara kita sedang berjuang mati-matian untuk meningkatkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, di lain pihak Cina justru mengalami tekanan dari dunia agar mau mengambangkan nilai mata uangnya yang dinilai dipatok terlau rendah. Pematokan nilai yuan yang sudah dilakukan semenjak tahun 1994 ini diprotes karena dianggap sebagai penyebab utama miringnya harga produk-produk Cina di pasaran dunia (Sarnianto, 2004). Kekhawatiran tersebut memang beralasan melihat hampir dapat dikatakan produk-produk berlabel made in China medominasi pasar dunia mulai dari sekedar peniti sampai perangkat elektronika canggih.
Banyak faktor yang mendorong perekonomian Cina sehingga bisa menjadi seperti sekarang ini, dimana dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata diatas 7% setiap tahunnya telah mengantarkan Cina sebagai salah satu raksasa perekonomian dunia. Faktor nilai tukar mata uang sudah pasti bukanlah satu-satunya penyebab produk-produk negara dengan populasi terbesar di dunia ini mampu berjaya menguasai pasar dunia. Hal ini tentu saja dapat dimaklumi mengingat kalau hanya faktor itu, seharusnya Indonesia juga sudah bisa mengambil mamfaat dari nilai tukar rupiah yang sangat menyedihkan.
.
Salah satu hal lain yang lebih penting dari itu adalah faktor apakah yang menyebabkan Cina bisa begitu produktif untuk dapat menghasilkan produk-produk berkualitas yang sangat diterima oleh pasar dunia. Negara-negara G-7 saja bahkan secara terang-terangan merangkul Cina yang saat ini menduduki peringkat keempat dalam perdagangan dunia, di bawah AS, Jerman dan Jepang untuk mau berbagi dan berbicara dalam forum mereka (Pikiran Rakyat, 2 Oktober 2004). Ternyata selain karena aliran modal asing dan teknologi tinggi, yang justru sangat menarik dari pengalaman Cina adalah besarnya peran Usaha Kecil dan Menegah (UKM) dan bisnis swasta daerah yang disebut sebagai Township and Village Enterprises (TVEs) dalam menopang kekuatan ekspornya.

Peran Penting TVEs Bagi Perekonomian Cina
Sumbangsih TVEs bagi perekonomian Cina memang tidak bisa disepelekan. TVEs yang semula merupakan perkembangan dari industri pedesaan yang digalakkan oleh pemerintah Cina. Jika pada tahun 1960 jumlahnya hanya sekitar 117 ribu, namun semenjak reformasi tahun 1978 jumlahnya mengalami pertumbuhan spektakuler menjadi 1,52 juta. Apabila dilihat dari sisi penyediaan lapangan kerja, TVEs di akhir tahun 1990-an telah menampung setengah dari tenaga kerja di pedesaan Cina.
Walaupun perkembangan TVEs ini sempat mengalami pasang surut dan tidak merata di seluruh wilayah Cina, namun secara rata-rata mengalami pertumbuhan yang sangat mengesankan. Produksi dari TVEs meningkat dengan rata-rata 22,9 persen pada periode 1978-1994. Secara nasional, output TVEs pada tahun 1994 mencapai 42% dari seluruh produksi nasional. Sedangkan untuk volume ekspor, TVEs memberikan kontribusi sebesar sepertiga dari volume total ekspor Cina pada tahun 1990-an (Pamuji, 2004).
Dilihat dari sisi perdagangan secara angka di atas kertas memang masih terlihat bahwa ekspor kita masih surplus dibanding Cina. Menurut data yang diperoleh dari Dubes RI di China, bahwa tepatnya sampai dengan 3 Agustus 2004 dilihat dari sudut pandang perdagangan luar negeri China, saat ini Indonesia merupakan negara tujuan ekspor urutan ke-17 dengan nilai 2,66 miliar dollar AS atau 1,03 persen dari total ekspor China yang mencapai nilai 258,21 miliar dollar AS. Indonesia juga menjadi negara asal impor ke-17 bagi China dengan nilai ekspor 3,44 miliar dollar AS (Osa, 2004).
Akan tetapi dalam kenyataan di lapangan tampak bahwa barang-barang produksi Cina terlihat di mana-mana. Kita tidak menutup mata bahwa banyak produk dari negeri panda tersebut yang masuk secara ilegal ke Indonesia sehingga tidak ikut tercatat secara resmi dalam laporan tersebut. Namun penjelasan dari Ketua Umum Kadin Indonesia Komite Cina, Sharif Cicip Sutardjo sangat masuk akal. Sebagaimana dikutip dari wawancara dengan Sinar Harapan dijelaskan bahwa ekspor Indonesia ke Cina memang besar namun sebagian besar merupakan bahan mentah dengan jumlah item yang sangat sedikit, kurang lebih hanya 15 item seperti migas, CPO, karet, kayu, dan lain-lain. Sedangkan dari Cina kita mengimpor ratusan item, mulai dari ampas, hasil pertanian, peralatan sampai ke motor dan mobil. Sebagian besar perusahaan yang menghasilkan produk-produk itu semua di Cina hanyalah industri swasta, UKM atau TVEs.
Kenyataan ini sungguh berkebalikan dengan keadaan UKM kita yang kurang diberdayakan padahal memiliki potensi yang sangat besar. Jumlah UKM mencakup 99 % dari total seluruh industri di Indonesia dan menyerap sekitar 56 % dari jumlah total seluruh pekerja Indonesia (Rochman, 2003). Untuk itu sangat perlu kita lihat upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah Cina untuk memajukan industri swasta khusunya UKM, mengingat UKM kita juga sebenarnya punya kemampuan. Hal ini terbukti pada saat krisis moneter justru sektor UKM yang mampu bertahan.
Usaha Pemerintah Cina yang Dirintis Sejak Lama
Apa yang sekarang Cina nikmati dari industrinya terutama TVEs merupakan hasil usaha bertahun-tahun. Pada tahun 1986 dipimpin oleh State Science and Technology Commission (SSTC) Cina memperkenalkan Torch Program yang bertujuan untuk mengembangkan penemuan-penemuan dan penelitian-penelitian oleh universitas dan lembaga riset pemerintah untuk keperluan komersialisasi. Hasil yang diperoleh kemudian ditindaklanjuti dengan membuat New Technology Enterprises (NTEs). Selanjutnya SSTC mengembangkan 52 high-tchnology zones yang serupa dengan research park di Amerika dengan bertumpu pada NTEs tadi (Mufson, 1998). Walaupun NTEs ini bersifat perusahaan bersakala besar namun kedepannya memiliki peran sebagai basis dalam pengembangan teknologi untuk industri-industri kecil dan menengah.
Pemerintah Cina kemudian masih dengan SSTC mengeluarkan kebijakan untuk mendukung TVEs yang disebut sebagai The Spark Plan. Kebijakan ini terdiri dari 3 kegiatan utama yang berangkaian. Pertama, memberikan pelatihan bagi 200.000 pemuda desa setiap tahunnya berupa satu atau dua teknik yang dapat diterapkan di daerahnya. Kegiatan kedua dilakukan dengan lembaga riset di tingkat pusat dan tingkat provinsi guna membangun peralatan teknologi yang siap pakai di pedesaan. Dan yang ketiga adalah dengan mendirikan 500 TVEs yang berkualitas sebagai pilot project (Pamuji, 2004).
Pemerintah Cina juga berusaha menempatkan diri sebagai pelayan dengan menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan oleh industri. Mulai dari hal yang paling essensial dalam memulai sebuah usaha yaitu birokrasi perizinan yang mudah dan cepat, dimana dalam sebuah artikel dikatakan bahwa untuk memulai usaha di Cina hanya membutuhkan waktu tunggu selama 40 hari, bandingkan dengan Indonesia yang membutuhkan waktu 151 hari untuk mengurus perizinan usaha (www.suaramerdeka.com/harian/0503/01/eko07.htm).
Tidak ketinggalan infrastruktur penunjang untuk memacu ekspor yang disiapkan oleh pemerintah Cina secara serius. Bila pada tahun 1978 total panjang jalan raya di Cina hanya 89.200 km, maka pada tahun 2002 meningkat tajam menjadi 170.000 km. Untuk pelabuhan, setidaknya saat ini Cina memiliki 3.800 pelabuhan angkut, 300 di antaranya dapat menerima kapal berkapasitas 10.000 MT. Sementara untuk keperluan tenaga listrik pada tahun 2001 saja Cina telah mampu menyediakan sebesar 14,78 triliun kwh, dan saat ini telah dilakukan persiapan untuk membangun PLTA terbesar di dunia yang direncanakan sudah dapat digunakan pada tahun 2009 (Wangsa, 2005).
SDM Terbaik Sebagai Pengusaha
Dalam hal SDM untuk dunia usaha Cina juga tidak tanggung-tanggung dalam mengarahkan orang-orang terbaiknya untuk menjadi pengusaha yang handal. Sejak tahun 1990-an, Cina telah mengirimkan ribuan tenaga mudanya yang terbaik untuk belajar ke beberapa universitas terbaik di Amerika Serikat, seperti Harvard, Stanford, dan MIT. Di Harvard saja, Cina telah mengirimkan ribuan mahasiswanya untuk mempelajari sistem ekonomi terbuka dan kebijakan pemerintahan barat, walaupun Cina masih menerapkan sistim ekonomi yang relatif tertutup. Sebagai hasilnya, Cina saat ini telah memiliki jaringan perdagangan yang sangat mantap dengan Amerika, bahkan memperoleh status sebagai The Most Prefered Trading Partner (Kardono, 2001).
Pemerintah Cina juga membujuk para overseas Chinese scholars and professionals, terutama yang sedang dan pernah bekerja di pusat-pusat riset dan MNCs di bidang teknologi di seluruh penjuru dunia untuk mau pulang kampung dan membuka perusahaan baru di Cina. Mantan-mantan tenaga ahli dari Silicon Valley dan IBM ini misalnya, diharapkan nantinya juga akan dapat mempermudah pembukaan jaringan usaha dengan MNCs ex-employer lainnya yang tersebar di seluruh dunia











Komentar

Postingan populer dari blog ini

LANGKAH-LANGKAH, PANDUAN, CARA MENGKRITISI ARTIKEL DAN KRITIK JURNAL

Panduan ini perlu latihan dan latihan agar supaya lebih kritis dan efisien dalam mengkritik sebuah artikel. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut: A.    Tahap Pengumpulan Informasi Awal Pada tahap awal ini, perlu dikumpulkan informasi-informasi yang paling mendasar pada sebuah artikel penelitian ilmiah, seperti 1.    Nama penulis 2.    Judul artikel 3.    Nama jurnal, nomor volume, tanggal, bulan dan nomor halaman 4.    Tujuan penelitian 5.    Hasil/ temuan utama 6.    Kesimpulan umum B.    Tahap Pemberian Kritik Pada tahap pengkritikan sebuah artikel ilmiah, hal yang terpenting adalah kualitas opini pengkritik atas artikel tersebut. Sebelum mulai mengkritik, terlebih dahulu membaca keseluruhan artikel guna mendapatkan gambaran atas isi artikel. Kemudian baca kembali dan mulailah menganalisa dan mengkritik, pada tahapa ini diperlukan lembar catatan a...

CONTOH SOAL LKS AKUNTANSI

                                                            1. The right of owners in a business is......    A. Assets                   D. Revenue    B. Liabilities              E. Expenses    C. Owner’s equity 2.          A list of assets,........., and owner’s equity of a business entity as of a spesific date is called balance sheets.    A. Assets                   D. ...

DEFINISI TEKNIK PEMBELAJARAN MENURUT PARA AHLI

Definisi Teknik Menurut Para Ahli       Gerlach dan Ely (Hamzah B Uno, 2009:2). Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai.       Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1158). Teknik diartikan sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni.       Al Khazin (2010). Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.       Cecep (2008). Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.        Kamus Dewan (Edisi ketiga). Teknik adalah kaedah mencipta sesuatu hasil seni seperti muzik, karang-mengarang dan sebagainya.       Edward M. An...