BAB 9
SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA
BASIS
DATA (DATA BASE)
Basis data adalah suatu gabungan file
yang saling berhubungan dan dikordinasi secara terpusat. Pendekatan data base
memberlakukan data sebagai sumber daya organisasi yang seharusnya dipergunakan
serta dikelola oleh seluruh bagian dari organisasi tersebut, bukan hanya suatu
departemen atau fungsi tertentu saja. Fokusnya adalah intregasi data dan
pembagian data dengan seluruh pemakai yang berhak memakainya.
FILE
DATAR VERSUS PENDEKATAN BASIS DATA
GAMBAR 9.1
Pendekatan file datar dalam manajemen
data. Dalam lingkungan ini, para pengguna memilliki file data mereka.
Kepemilikan eksklusif terhadap data ini merupakan konsekuensi alami dari dua
masalah yang berkaitan dengan era system warisan. Jadi, data yang sama tetapi
digunakan dengan cara yang agak berbeda oleh para pengguna yang berbeda, harus
distruktur ulang dan diproduksi ulang secara fisik didalam file-file yang
berbeda. Dengan kata lain, isi dari file-file tersebut diwakili secara
konseptual dengan huruf-huruf. Setiap huruf mewakili menunjukan satu atribut
data, satu record, atau seluruh file.
PENDEKATAN
BASIS DATA
GAMBAR 9-2(a)
Gambar 9-2 menyajikan ulasan sederhana
pendekatan basis data dengan pengguna dan keperluan data yang sama seperti
dalam gambar 9-1. Perubahan paling jelas dari model file datar adalah
pengelompokan data menjadi sebuah basis data umum yang dapat digunakan secara
bersama oleh semua pengguna system informasi.
PENYELESAIAN
MASALAH FILE DATAR
Pengguna data secara bersama-sama (tidak
adanya kepemikian data) merupakan konsep utama dari pendekatan basis data.
Masalah-masalah yang terjadi dapat diatasi dan diselesaikan, yaitu :
·
Tidak ada redundansi data. Setiap
elemen data disimpan hanya sekali sehingga menghilangkan redundansi data dan
mengurangi biaya penyimpanan data.
·
Satu kali pembaruan data. Karena
setiap elemen data hanya terdapat pada sutu tempat, dibutuhkan hanya satu kali
pembaruan data. Ini tentu mengurangi waktu dan biaya untuk menjaga kekinian
data.
·
Nilai kekinian data. Perubahan
terhadap basis data yang dilakukan oleh seorang pengguna akan berlaku bagi
semua pengguna. Misalnya, jika pengguna satu mencatat perubahan alamat seorang
pelanggan, pengguna tiga akan segera mendapatkan perubahan ini.
·
Interpendensi tugas data.
Pengguna memiliki akses sepenuhnya ke data yang ada diperusahaan. Kebutuhan informasi
seorang pengguna bisa meluas diluar wilayah langsunf pekerjaannya, namun
kebutuhan ini dapat dengan segera dipenuhi dengan pendekatan file datar. Para
pengguna hanya dibatasi oleh keterbatasan data yang disediakan oleh organisasi
(seluruh basis data) dan legitimasi yang diperlukan untuk mengakses data
tersebut.
MENGONTROL AKSES
KE DATABASE
Pendekatan
database menempatkan semua informasi dalam satu keranjang. Oleh karena itu
penting sekali untuk menjaga keranjang itu. Contoh
dalam Gambar 9-2(a) tidak memiliki ketentuan untuk mengontrol akses ke
database. Asumsikan Data X itu merupakan informasi yang sensitif dan rahasia
dan hanya Pemakai 3 yang diberi otorisasi untuk mengaksesnya. Bagaimana
organisasi dapat mencegah pemakai lain untuk mendapatkan akses yang tidak sah
terhadap informasi tersebut?
SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA
GAMBAR 9-2(b)
Gambar 9-2(b)
menambah elemen baru dalam gambar 9-2(a) yang berada diantara program pengguna
dan basis data fisik adalah sistem manajemen basis data (database management
system DBMS). Sistem manajemen basis data merupakan system peranti lunak khusus
yang diprogram untuk mengetahui elemen data mana yang bisa diakses oleh
pengguna. Program pengguna mengirimkan permintaan data kepada DBMS, yang
mengesahkan dan mengotorisasi akses ke basis data, sesuai dengan tingkat
otorisasi pengguna. Jika pengguna meminta data yang dia tidak punya
otorisasinya, permintaan itu akan ditolak. Jadi, prosedur untuk menetapkan
otorisasi pengguna system informasi disebuah organisasi merupakan masalah
pengendalian penting yang harus diperhatikan oleh seorang akuntan.
TIGA
MODEL KONSEPTUAL
Pendekatan basis
data tidak diwakili oleh arsitektur tunggal model basis data awal berbeda
dengan model basis data modern karena basis data awal dari file data
tradisional. Pendekatan basis data yang paling umum digunakan oleh system
informasi bisnis adalah model hierarkis, model jaringan, dan model relasional
karena kemiripan konseptual tertentu, basis data hierarkis dan jaringan disebut
model navigasional atau terstruktur. Cara data diatur dalam system basis data
awal ini mendorong para pengguna untuk menjelajahi diantara elemen-elemen data
dengan menggunakan jalur-jalur yang sudah terstruktur. Model relasional jauh
lebih fleksibel karena memungkinkan para penggunanya menciptakan jalur yang
baru dan unik melalui basis data untuk memecahkan masalah-masalah bisnis yang
lebih luas cakupannya.
ELEMEN
LINGKUNGAN BASIS DATA
PENGGUNA
Pengguna (user)
mengakses basis data dalam dua cara :
1.
Akses basis data dapat dicapai
melalui program-program pengguna yang disiapkan oleh professional system.
2.
Akses basis data melalui
permintaan langsung, yang tidak memerlukan program-program formal dari
pengguna.
SISTEM MANAJEMEN
BASIS DATA
Setiap
model DBMS mencapai tujuan ini dengan cara yang berbeda, tetapi ada beberapa
ciri yang umum diantaranya :
1.
Pengembangan program. DBMS berisi
peranti lunak pengembangan aplikasi, baik pengembangan maupun pengguna akhir
dapat menggunakan fitur ini guna menciptakan aplikasi untuk mengakses basis
data.
2.
Cadangan dan pemulihan. DBMS
secara berkala membuat file-file cadangan untuk basis data fisik. Jika terjadi
kerusakan (kegagalan disket, kesalahan program, atau tindak kejahatan) yang
menyebabkan basis data tidak dapat digunakan, DBMS dapat pulih ke versi
sebelumnya yang dianggap benar.
3.
Penggunaan basis data untuk
pelaporan. Fitur ini mencatat data statistic tentang data yang sedang
digunakan, siapa yang menggunakannya.
4.
Akses basis data. Fitur yang
paling penting dari DBMS adalah memungkinkan pengguna yang memiliki otorisasi
untuk mengakses basis data.
BAHASA DEFINISI
DATA
Bahasa define data adalah bahasa pemrograman yang
digunakan untuk mendefinisikan basis data fisik ke DBMS. Terdapat tiga tingkat,
yang disebut tampilan (view) dalam definisi ini, yaitu :
Sudut Pandang Internal. Sudut pandang
internal (internal view) menyajikan
pengaturan record secara fisik dalam database. Ini merupakan penyajian tingkat
paling rendah, di mana satu langkah dipindahkan dari database fisik. Sudut
pandang internal ini menjelaskan struktur record, hubungan di antara mereka,
dan pengaturan fisik serta urutan record dalam satu file. Hanya terdapat satu
sudut pandang internal terhadap database.
Sudut Pandang Konseptual (Skema). Sudut pandang
konseptual atau skema menyajikan database secara
logika dan secara
abstrak, bukan bagaimana database itu seeara fisik disimpan. Sudut pandang ini
memungkinkan program-program pemakai untuk memanggil data tanpa mengetahui atau
tanpa perlu menspesifikasi bagaimana data-data itu diatur atau kapan mereka
disimpan dalam database fisik. Hanya ada satu
sudut pandang konseptual untuk sebuah database.
Sudut Pandang Pemakai (Subskema). Sudut pandang
pemakai (user view) mendefinisikan
bagaimana seorang pemakai tertentu melihat database.Ini adalah bagian dari
database di mana seorang pemakai individual memiliki otorisasi untuk
mengaksesnya. Bagi pemakai, sudut pandang pemakai adalah database. Tidak
seperti sudut pandang internal dan konseptual, terdapat banyak sudut pandang
pemakai yang berbeda. Misalnya, seorang pemakai dalam departemen personalia
mungkin melihat database sebagai sebuah kumpulan record karyawan dan tidak
terlalu melihat pada record pemasok atau persediaan yang digunakan oleh pemakai
di departemen kontrol persediaan.
Operasi DBMS. Untuk menggambarkan peran-peran sudut
pandang ini, mari kita lihat urutan peristiwa tipikal yang terjadi dalam
mengakses melalui DBMS. Penjelasan berikut ini sifatnya hipotetis, dan rincian
teknis tertentu dihilangkan.
1.
Program yang digunakan pemakai mengirimkan permintaan (memanggil) untuk data
yang terdapat dalam DBMS. Panggilan ini tertulis dalam bahasa manipulasi data
khusus yang melekat dalam program pemakai tersebut.
2.
DBMS menganalisis permintaan itu dengan mencocokkan elemen-elemen data yang
dipanggil dengan sudut pandang pemakai dan sudut pandang konseptual. Jika
permintaan data itu cocok, akan diotorisasi dan langkah pemrosesan maju ke
Langkah 3. Jika tidak cocok dengan sudut pandang ini, akses data itu ditolak.
3.
DBMS menentukan parameter-parameter struktur data dari sudut pandang internal
dan mengirimkan mereka ke sistem operasi, yang melakukan pengambilan data
aktual. Parameter struktur data tersebut menjelaskan organisasi dan metode akses sebuah program utilitas
sistem operasi, untuk mengambil data yang diminta.
4.
Dengan menggunakan metode akses yang tepat, sistem operasi berinteraksi dengan
peralatan penyimpanan disket untuk mengambil data dari database fisik.
5.
Sistem operasi kemudian menyimpan data itu dalam main memory buffer area (sebuah wilayah buffer memori utama yang
dikelola oleh DBMS).
6.
DBMS mentransfer data tersebut ke lokasi kerja pemakai yang terdapat dalam
memori utama. Pada titik ini, program pemakai bebas mengakses dan memanipulasi
data.
7.
Ketika pemrosesan selesai, Langkah 4, 5, dan 6, dibalik untuk menyimpan kembali
data yang sudah diproses ke database .
BAHASA
MANIPULASI DATA
Bahasa
manipulasi data adalah bahasa pemrograman kepemilikan yang digunakan oleh DBMS
tertentu untuk mengambil, memproses, dan menyimpan data. Keseluruhan program
data dapat ditulis dalam DML atau, dengan cara lain, perintah-perintah dari DML
terpilih dapat disisipkan ke dalam program-program yang tertulis dengan bahasa
universal, seperti PL/1, COBOL, dan FORTRAN, Menyisipkan perintah-perintah DML
membuat program-program standar mampu, yang pada awalnya ditulis untuk
lingkungan flat file, diubah dengan mudahnya ke pekerjaan dalam sebuah
lingkungan database. Penggunaan program-program bahasa standar juga membuat
organisasi tidak bergantung pada pemasok DBMS tertentu. Jika organisasi itu
memutuskan untuk mengganti pemasoknya ke pemasok lain yang DML-nya berbeda,
organisasi itu tidak perlu menulis ulang semua program pemakai. Dengan
mengganti perintah-perintah DMl lama dengan perintah baru, program-program
pemakai dapat dimodifikasi agar berfungsi di lingkungan yang baru.
BAHASA
PERMINTAAN DATA
Bahasa
permintaan data merupakan bahasa generasi keempat dan bahasa nonprocedural
dengan banyak perintah yang memungkinkan pengguna untuk memasukkan, mengambil,
dan memodifikasi data dengan mudah.
ADMINISTRATOR
BASIS DATA
Administrator
basis data bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya basis data.
Fungsi-fungsi
administrator basis data.
Perencaan basis data :
|
Implementasi:
|
Mengembangkan strategi basis data
organisasi
Mendefinisikan lingkungan basis data
Mengembangkan kamus data
|
Menentukan kebijakan akses
Mengimplementasikan pengendali
keamanan
Menentukan prosedur pengujian
Menetapkan standart pemrograman
|
Desain :
Basis data logis (skema)
Tampilan pengguna eksternal (subskema)
Pengendali basis data
|
Operasi dan pemeliharaan :
Mengevaluasi kinerja basis data
Menyusun ulang basis data sesuai
dengan kebutuhan pengguna
Meninjau kembali standart dan prosedur
Perubahan dan pertumbuhan:
Merencanakan Perubahan dan pertumbuhan
Mengevaluasi teknologi baru.
|
INTERAKSI ORGANISASIONAL DAN DBA
Ketika kebutuhan
informasi meningkat, para pemakai mengirimkan permintaan formal untuk aplikasi
komputer kepada para profesional sistem (pemrogram) organisasi. Permintaan ini
ditangani melalui prosedur pengembangan sistem formal, yang menghasilkan
aplikasi terprogram. Permintaan pemakai juga pergi ke DBA, yang mengevaluasinya
untuk menentukan kebutuhan database pemakai. Ketika relasi ini sudah terbangun,
DBA memberikan otoritas akses kepada pemakai dengan memprogram sudut pandang
pemakai (subskema). Relasi ini ditunjukkan ketika garis-garis antara pemakai
dan DBA dan antara DBA dan DDL menyatu di kotak DBMS. Dengan tetap menjaga
otoritas akses terpisah dari pengembangan sistem (pemrograman aplikasi),
organisasi tersebut lebih mampu mengontrol dan melindungi
database. Usaha-usaha sengaja atau tidak sengaja untuk mengakses tanpa
otoritasyang sah kemungkinan besar akan ditemukan jika kedua
kelompok ini bekerja secara independen.
KAMUS DATA
Salah
satu komponen kunci dari DBMS adalah kamus data, yang mencakup informasi
mengenai struktur database. Kamus data menjelaskan setiap elemen data yang
terdapat dalam basis data. Fungsi ini memungkinkan semua pengguna (pemprogram)
untuk berbagi tampilan yang sama terdapat sumber daya data sehingga sangat
membantu dalam menganalisis kebutuhan pengguna.
BASIS DATA FISIK
Pendekatan
ini merupakan tingkat terendah dari basis data. Database tersusun dari
titik-titik magnetis pada disket magnetis. Ditingkat fisik, basis data
merupakan kumpulan record dan file. Basis data relasional didasarkan pada
struktur file berurutan berindeks
MODEL DATABASE RELASIONAL
E.
F. Codd yang pertama kali mengajukan prinsip-prinsip model relasional di akhir
tahun 1960-an. Model formal ini didasarkan pada aljabar relasional dan
serangkaian teori, yang menjadi basis teoritis bagi sebagian besar operasi
manipulasi data. Model relasional menampilkan data dalam bentuk tabel
dua-dimensi.
TERMINOLOGI DATABASE
Model
relasional memiliki terminologinya sendiri. Tabel database ini disebut relasi.
Di baris pertama relasi itu adalah atribut (elemen-elemen data) yang membentuk
kolom-kolom. Perpotongan kolom dan baris-baris yang terbentuk dalam relasi
adalah tuples. Sebuah tuple, yang diberi definisi tepat oleh Codd ketika dia
pertama kali memperkenalkannya, yaitu korespondensi dengan sebuah record. Dari
sini, istilah record dan tabel akan digunakan dalam kaitannya dengan tuple dan
relasi (record dengan tuple, tabel dengan relasi).
ASOSIASI TABEL
Tabel-tabel
database ada dalam kaitannya dengan tabel-tabellainnya. Ini disebut asosiasi. Terdapat tiga asosiasi tabel
fundamental: satu-dengan-satu, satu-dengan-banyak, dan banyak-dengan-banyak.
ASOSIASI SATU DENGAN SATU
Dalam
istilah bisnis, untuk setiap record karyawan dalam file karyawan, terdapat
record tunggal (atau nol untuk karyawan-karyawan baru) dalam file penghasilan
dari tahun-sampai-saat ini.
Asosiasi Satu-dengan-Banyak.
Untuk
menggambarkannya, untuk setiap record pelanggan dalam tabel pelanggan, terdapat
nol, satu, atau banyak record pesanan penjualan dalam tabel Pesanan Penjualan.
Asosiasi Banyak-dengan-Banyak.
Asosiasi banyak-banyak sering kali terjadi antara record
persediaan perusahaan dan record pemasoknya. Sebuah item persediaan tertentu
dapat dipasok oleh satu atau lebih pemasok. Pada saat yang bersamaan, pemasok
tunggal memasok satu atau lebih item persediaan.
Aturan untuk Sistem Database Relasional
Ahli
teori telah mengusulkan persyaratan yang tidak terlalu ketat untuk menilai
situasi relasional dari sebuah sistem. Jadi, sebuah sistem itu relasional jika:
Mendukung fungsi aljabar relasional yang membatasi (restrict), berupa rancangan (project)
dan merupakan gabungan
(join).
Walaupun
terbatas, rancangan, dan gabungan bukan merupakan fungsi aljabar relasional
yang lengkap, ketiganya berguna. Kebanyakan kebutuhan informasi bisnis
dipuaskan dengan ketiga operasi ini saja. Bagian berikut ini akan menunjukkan
penggunaan SQL untuk melakukan fungsi-fungsi ini.
MERANCANG DATABASE
RELASIONAL
Bagian
ini akan menjelaskan langkah-langkah yang diperlukan untuk menciptakan sebuah
database relasional. Ingatlah bahwa proses ini merupakan bagian dari proses
pengembangan sistem yang lebih luas dan melibatkan analisis mendalam tentang
kebutuhan pemakai. Jadi, titik berangkatnya adalah hasil
kerja awal yang memadai, yang telah mengidentifikasi, dengan rinci,
elemen-elemen kunci dari sistem yang sedang dikembangkan. Dengan latar belakang
ini, fokus akan diarahkan pada tiga tahap perancangan database: desain database
konseptual, desain database logis, dan desain database fisik.
DESAIN DATABASE KONSEPTUAL
Desain
database konseptual melibatkan penemuan dan analisis terhadap kebutuhan data
organisasi. Melalui diskusi dengan para pengguna sistem dan analisis terhadap
peraturan bisnis, desainer database mengidentifikasi entitas-entitas kunci yang
terdapat dalam sistem dan data yang mereka anggap penting dan perlu ditangkap
dan dipertahankan. Temuan-temuan ini secara formal disajikan dalam sebuah model
data. Perangkat utama yang digunakan dalam membuat sebuah model data adalah
diagram relasi entitas (diagram RE).
Diagram
RE menggunakan tiga simbol dasar untuk menggambarkan entitas atau objek data
yang terdapat dalam sistem.
1.
Entitas merupakan kata benda yang digambarkan oleh bujur sangkar-bujur sangkar
dalam diagram RE. Sebuah entitas adalah sebuah sumber daya, sebuah peristiwa
atau seorang individu yang terlibat dalam proses bisnis.
2.
Atribut adalah data yang menjelaskan karakteristik atau properti
entitas.Atribut ditampilkan dengan lingkaran-lingkaran yang diberi label,
ditanamkan pada entitas.
3.
Relasi di antara entitas digambarkan dengan simbol-simbol permata. Mereka semua
digambarkan dalam bentuk kata kerja seperti memilih (select), memperbarui
(update), menyiapkan (prepare), atau memeriksa (examines).
DESAIN DATABASE LOGIS
Bagian
ini akan menjelaskan proses mengubah sudut pandang konseptual pemakai ke dalam
tabel-tabel yang mendasari database. Tabel-tabel ini pada akhirnya akan
digunakan untuk membuat sudut pandang fisik (gambar fisik) yang digunakan
pemakai akhir untuk pengambilan keputusan.
MENETUKAN RELASI ANTAR TABEL-TABEL
Selanjutnya
kita perlu menspefikasi asosiasi antara tabel-tabel. Ingat kembali bahwa terdapat
tiga jenis asosiasi data: satu-dengan-satu (1:1), satu-dengan-banyak (1:M), dan
banyak dengan-banyak (M:M). Asosiasi-asosiasi tersebut mencerminkan peraturan
bisnis.
Proses Normalisasi Data
Proses
ini dimulai dengan merancang sudut pandang-sudut pandang (gambar) (laporan
output, dokumen, dan layar input) yang dibutuhkan oleh pemakai. Gambar-gambar
ini dapat diciptakan dalam sebuah pengolah kata, sebuah program grafis, atau
cukup dengan kertas dan pencil. Pada titik ini, gambar tersebut hanya merupakan
representasi grafis dari gambar fisik yang nantinya akan dimiliki pemakai
ketika proyek itu sudah selesai.
Pentingnya Normalisasi Data
Tabel-tabel
database yang dirancang dengan benar menentukan proses operasional DBMS.
Tabel-tabel yang dirancang dengan buruk dapat menimbulkan masalah-masalah
pemrosesan yang membatasi, atau bahkan menolak, akses pemakai ke informasi yang
diperlukan.
Normalisasi
proses merupakan proses yang mempromosikan desain database efektif dengan
mengelompokkan atribut-atribut data ke dalam tabel-tabel yang sesuai dengan
kondisi-kondisi tertentu. Tabel-tabel yang belum dinormalisasikan bisa terkena
tiga jenis masalah yang disebut anomali: anomali pembaruan (update anomaly), anomali sisipan (insertion anaomaly), dan anomali
penghapusan (deletion anomaly). Salah
satu atau lebih anomali ini akan terdapat dalam table-tabel yang
dinormalisasikan pada tingkat-tingkat lebih rendah.
Update Anomaly. Anomaly pembaruan
Dihasilkan
dari pemborosan data (data yang berlebihan) dalam tabel yang tidak
dinormalisasi.
Insertion Anomaly.
Untuk
menunjukkan dampak anomali sisipan, asumsikan bahwa seorang pemasok telah
memasuki pasar. Organisasi belum membeli persediaan dari pemasok itu, tapi
ingin melakukannya di masa yang akan datang. Untuk sementara, organisasi ingin
memasukkan pemasok itu ke dalam database.
Deletion Anomaly.
Anomali
penghapusan melibatkan tindakan-tindakan yang tidak sengaja dari data-data
dalam table.
Adanya anomali penghapusan ini tidak terlalu jelas, namun berpotensi
menimbulkan masaalah yang lebih serius daripada anomali pembaruan data dan
anomali sisipan. Desain database yang
cacat, yang menghalangi penyisipan record atau mensyaratkan pemakai untuk
melakukan pembaruan yang berlebihan dengan cepat meminta perhatian.
Peraturan Normalisasi Data
Sebuah
proses normalisasi yang memeriksa ketergantungan penyebab-anomali secara formal
disebut sebagai kelompok-kelompok berulang (repeating groups), ketergantungan
parsial dan ketergantungan
transitifif. Di sini, pendekatan intuitif digunakan untuk menormalisasikan
data. Secara sederhana dinyatakan, menghapus
tiga anomali melibatkan sebuah proses yang secara sistematis memecah
tabel-tabel kompleks menjadi tabel-tabel yang lebih kecil yang memenuhi dua
kondisi:
1.
Semua atribut non-kunci dalam tabel itu bergantung (dependen) pada kunci
primer.
2.
Semua atribut non-kunci tidak bergantung (independen) pada atribut non-kunci
lainnya.
Dengan
kata lain, sebuah tabel yang dinormalisasikan adalah tabel yang kunci primernya
mendefinisikan setiap atribut dalam tabel secara utuh dan unik. Selain itu,
tidak ada atribut tabel yang didefinisikan oleh atribut lainnya selain kunci
primer. Ketika kondisi-kondisi ini dipenuhi, tabelnya berada dalam 3NF. Namun
demikian, jika satu atau lebih atribut melanggar kondisi-kondisi ini, mereka
harus digantikan dan ditempatkan dalam sebuah tabel terpisah dan ditetapkan
satu kunci yang tepat.
Menormalisasikan
tabel-tabel akan menghilangkan ketiga anomali. Pertama, anomali pembaruan data
dipecahkan karena data setiap pemasok ditempatkan hanya pada satu lokasi-tabel
Pemasok. Setiap pembahan data tentang pemasok individual hanya dibuat satu
kali, tanpa melihat jumlah item yang dipasoknya. Kedua, anomali sisipan
dipecahkan, karena pemasok-pemasok baru bisa ditambahkan ke tabel pemasok,
bahkan jika mereka saat ini tidak memasok persediaan untuk organisasi.
Misalnya, Pemasok Nomor 30 di dalam tabel itu tidak memasok satu pun
persediaan. Akhirnya, anomali penghapusan dihilangkan. Keputusan untuk
menghapus sebuah item persediaan dari database tidak akan menghapus secara
tidak sengaja data-data pemasok, karena data-data tersebut ditempatkan secara
independen dalam tabel-tabel yang berbeda.
Akuntan dan Normalisasi Data
Normalisasi
database merupakan sebuah masalah teknis yang biasanya menjadi tanggung jawab
seorang ahli atau profesional sistem. Namun demikian, normalisasi database
memiliki implikasi untuk kontrol internal yang menjadi perhatian akuntan juga. Misalnya,anomali pembaruan data dapat menimbulkan konflik di
antara nilai-nilai database dan menghasilkan nilai-nilai database yang usang;
anomali sisipan dapat membuat transaksi tertentu tidak tercatat dan
menghancurkan jejak audit. Walaupun kebanyakan akuntan tidak akan ertanggung
jawab untuk menormalisasikan database organisasi, mereka harus memahami
prosesnya dan mampu menentukan apakan tabel itu sudah dinormalisasikan dengan
benar.
DALAM SEBUAH LINGKUNGAN
DISTRIBUTIF
Bab
1 memperkenalkan konsep pemrosesan data distributif (distributed data processing/DDP) sebagai
sebuah alternatif untuk pendekatan sentralisasi. Kebanyakan organisasi modern
menggunakan bentuk pemrosesan distributif dan jaringan untuk memproses
transaksi mereka. Sebagian perusahaan memproses semua transaksi mereka dengan
cara ini. Satu hal penting yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan sebuah
sistem distributif adalah lokasi database organisasi. Dalam hal ini, pembuat
sistem memiliki dua pilihan: database dapat disentralisasikan atau dapat juga didistribusikan.
Database distributif memiliki dua kategori: database partisi dan replikasi.
Bagian ini akan menjelaskan masalahhmasalah, ciri-ciri, dan pertukaran (trade-off) yang harus dievaluasi secara
cermat dalam memutuskan bagaimana database akan didistribusikan.
DATABASE SENTRAL
Di
bawah pendekatan database sentral (centralized database approach), pemakai dari
jarak jauh mengirimkan permintaan melalui terminal-terminal untuk data yang
terdapat di situs sentral, yang memproses permintaan-permintaan dan mengirimkan
data kembali ke pemakai. Situs sentral melakukan fungsi-fungsi seorang manajer
file yang melayani kebutuhan data dari para pemakai jarak jauh. Pendekatan
database sentral diilustrasikan dalam Gambar 9-25.
Sebelumnya
dalam bab ini, ada tiga keunggulan utama dari pendekatan database yang akan
disajikan: pengurangan biaya penyimpanan data, penghapusan program update
majemuk, dan pembentukan kekinian data (data currency) (file-file data
perusahaan dengan tepat mencerminkan dampak transaksi-transaksinya). Mewujudkan
kekinian data itu penting bagi integritas dan reliabilitas (keandalan) data.
Namun demikian, dalam lingkungan DDP, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup
menantang.
Pengunci Database (Database Lockout)
Untuk
mewujudkan kekinian data, akses simultan ke elemen-elemen data individual
dengan banyak situs perlu dicegah. Pemecahan masalah ini adalah dengan
menggunakan pengunci database (database lockout), yaitu sebuah perangkat
kontrol perangkat lunak (biasanya merupakan salah satu fungsi DBMS) yang
mencegah banyak akses secara simultan ke data. Contoh sebelumnya dapat
digunakan untuk menggambarkan teknik ini: segera setelah menerima akses yang
diminta dari Situs A untuk Kontrol-PD (T1, Instruksi Nomor 2), situs sentral
DBMS menempatkan sebuah kunci pada Kontrol-PD untuk mencegah akses dari siitus
lainnya sampai Transaksi T1 selesai. Jadi, ketika Situs B meminta Kontrol-PD
(T2, Instruktsi nom or 2), Situs B ditempatkan pada status "menunggu"
sampai kunci itu dipindahkan. Hanya setelah itu Situs B dapat mengakses
Kontrol-PD dan menyelesaikan Transaksi T2.
DATABASE DISTRIBUTIF
Database
distributif dapat didistribusikan dengan menggunakan teknik partisi atau
replikasi (tiruan).
DATABASE PARTISI
Pendekatan
database partisi membagi database sentral dalam segmen-segmen atau
partisiipartisi yang didistribusikan ke para pemakai utama mereka. Keunggulan
pendekatan ini adalah:
• Kontrol
terhadap pemakai ditingkatkan karena data disimpan dalam situs-situs lokal.
• Waktu tanggap
pemrosesan transaksi diperbaiki dengan mengizinkan lokal mengakses data dan
mengurangi volume data yang harus ditransmisi di antara siitus.
• Database
partisi dapat mengurangi potdnsi kehancuran. Dengan menempatkan data di
beberapa situs, hilangnya sebuah situs tidak akan menghapus semua data yang
diproses oleh organisasi.
Pendekatan
partisi, yang diilustrasikan dalam Gambar 9-18,
bekerja paling baik untuk organisasi-organisasi yang memerlukan data minimal
untuk digunakan bersama dengan para pemakai yang situs-situsnya berjauhan~ Pada
situasi di mana para pemakai dari situs yang berbeda menggunakan data yang
sama, masalah yang berkaitan dengan pendekatan sentralisasi juga bisa terjadi.
Permintaan data dari situs-situs lainnya sekarang harus dikelola menurut
pemakai utamanya. Dengan memilih lokasi situs tuan rumah yang optimum untuk
partisi-partisi, masalah-masalah akses data akan diminimalkan. Hal ini
memerlukan analisis mendalam tentang kebutuhan data pemakai-akhir.
Database Replikasi
Pada
sebagian organisasi, seluruh database dibuat tiruannya di setiap situs.
Database replikasi (tiruan) efektif untuk perusahaan-perusahaan yang tingkat
pemakaian ber sama untuk data-datanya tinggi tetapi tidak ada pemakai utama.
Karena data yang sama dibuat tiruannya di setiap situs, lalu lintas data di
antara situs banyak berkurang. Gambar 9-28 menggambarkan model database
replikasi (tiruan).
Pembenaran
pertama untuk sebuah database replikasi adalah untuk mendukung query- query
hanya-untuk-dibaca (read-only queries). Dengan data yang ditiru (direplikasi)
untuk setiap situs, akses data untuk tujuan bertanya dipastikan, selain itu
penguncian penundaan karena lalu lintas jaringan diminimalkan. Namun demikian,
ada satu masalah yang dapat terjadi ketika database replikasi perlu diperbarui
oleh transaksi dan salinan tabase saat ini harus dipertahankan di semua situs.
Karena
setiap situs hanya memproses transaksi-transaksi lokal, atribut-atribut data
bersama yang ditiru di setiap situs akan diperbarui oleh transaksi-transaksi
yang berbeda dan karenanya, pada titik waktu tertentu, akan memiliki
nilai-nilai berbeda dan unik. Dengan menggunakan data dari contoh sebelumnya,
Gambar 9-29 menggambarkan dampak pemrosesan penjualan kredit untuk Jones di
Situs A dan Smith di Situs B. Setelah transaksi itu diproses, nilai yang
ditunjukkan di akun Kontrol-PD bersama tidak konsisten ($12.000 Situs A dan
$11.000 di Situs B, dan keduanya tidak benar.
Kontrol pada Waktu yang Bersamaan (Concurrency
Control)
Kesamaan
database pada waktu yang bersamaan adalah hadirnya data yang lengkap dan akurat
di semua situs. Para perancang sistem harus menggunakan metode-metode untuk
memastikan bahwa transaksi yang diproses di setiap situs secara akurat
dicerminkan dalamdatabase di situs-situs lainnya. Walau problematis, pekerjaan
ini memiliki implikasi pada catatan-catatan akuntansi dan harus diperhatikan
oleh para akuntan.
Sebuah
metode yang biasa digunakan untuk kontrol pada waktu yang bersamaan adalah
dengan membuat serial transaksi-transaksi dengan time-stamping (pemberian cap
waktu). Maksudnya, setiap transaksi diberi label menurut dua kriteria. Pertama,
sebuah perangkat lunak khusus mengelompokkan transaksi dalam dua kelas untuk
mengidentifikasi konflik-konflik potensial. Misalnya, transaksi hanya-untuk
dibaca (query) tidak konflik dengan transaksi-transaksi dari kelas lain. Sama
juga dengan transaksi utang dagang dan pitang. Kedua tidak menggunakan data
yang sama sehingga tidak ada konflik. Namun demikian, transaksi pesanan
penjualan yang bermacam-macam dan melibatkan operasi baca dan tulis berpotensi
mengalami konflik.
Database Distributif dan Akuntan
Keputusan
untuk mendistribusikan database adalah keputusan yang harus dipikirkan dengan
baik. Ada banyak masalah dan pertukaran yang hams dipertimbangkan. Sebagian
pertanyaan-pertanyaan paling dasar antara lain:
• Data harus
diorganisir secara sentral atau distributif?
• Jika yang
diinginkan adalah distribusi data, database harus direplikasi atau dipartisi?
• Jika
direplikasi, database harus direplikasi seluruhnya atau sebagian saja yang
direplikasi?
• Jika database
akan dipartisi, bagaimana segmen-segmen data harus dialokasikan di antara
situs?
Pilihan-pilihan
pertanyaan ini berdampak pada kemampuan organisasi untuk mempertahankan
integritas database. Menjaga jejak audit dan akurasi catatan akuntansi
merupakan dua hal yang harus diperhatikan dengan baik. Jelas bahwa ini
merupakan keputusan-keputusan yang harus dipahami dan dipengaruhi oleh para
akuntan modern dengan cerdas.
jadi itu ya perbedaaan natara pendekatan bawah naik, dan atas turun, mksih ya.
BalasHapusFungsi Karbohidrat
Ciri-ciri pisces
Pengertian sitoskeleteon
pengertian pisces