ANALISIS LEVERAGE
A.
Definisi
Financial Leverage
Leverage menunjuk pada
hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam arti harafiah, leverage berarti
pengungkit/tuas. Sumber dana perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
sumber dana intern dan sumber dana ekstern. Sumber dana intern berasal dari
laba yang ditahan, pemilik perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau
prosentasi kepemilikan yang tertuang dalam neraca. Sementara sumber dana
ekstern merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari luar perusahaan,
misalnya hutang. Kedua sumber dana ini tertuang dalam neraca pada sisi
kewajiban.
Leverage juga dapat diartikan sebagai
penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus
menutup biaya tetap atau membayar beban tetap. Kalau pada “operating leverage” penggunaan aktiva dengan biaya tetap adalah
dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan
cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel, maka pada “financial leverage” penggunaan dana
dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per
lebar saham biasa. (EPS = Earning Per
Share).
Masalah financial leverage baru timbul setelah perusahaan meggunakan dana
dengan beban tetap, seperti halnya masalah operating
leverage baru timbul setelah perusahaan dalam operasinya mempunyai biaya
tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan
menghasilkan leverage yang
menguntungkan (favorable financial
leverage) atau efek yang positif kalau pendapatan yang diterima dari
penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana
itu. Kalau perusahaan dalam menggunakan dana dengan beban tetap itu
menghasilkan efek yang menguntungkan dana bagi pemegang saham biasa (pemilik
modal sendiri) yaitu dalam bentuknya memperbesar EPS-nya, dikatakan perusahaan
itu menjalankan “trading on the eqity”
Dengan demikian “trading on the equity” dapat didefinisikan sebagai penggunaan dana
yang disertai dengan beban tetap dimana dalam penggunaannya dapat menghasilkan
pendapatan yang lebih besar daripada beban tetap tersebut. Financial leverage itu merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan tidak dapat memperoleh
pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus
dibayar. Salah satu tujuan dalam pemilihan berbagai alternative metode
pembelanjaan adalah untuk memperbesar pendapatan bagi pemilik modal sendiri
atau pemegang saham biasa.
Kebutuhan dana suatu perusahaan dapat
sepenuhnya dipenuhi dengan saham biasa, atau sebagian dengan saham biasa dan
sebagian lain dengan saham preferen atau obligasi, dimana dua sumber dana yang
terakhir adalah disertai dengan beban tetap (dividen saham preferen dan bunga).
Untuk menentukan “income effect” dari berbagai pembayaran (mix) atau berbagai alternafif metode pembelanjaan terhadap
pendapatan pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri) perlulah diketahui
tingkat EBIT (Earning Before Interest
& Tax) yang dapat menghasilkan EPS (Earning
Per Share) yang sama besarnya antara berbagai pertimbangan atau alternative
pemenuhan dana tersebut.
Tingkat EBIT yang dapat menghasilkan EPS
yang sama besarnya pada berbagai perimbangan pembelanjaan (financing mix) dinamakan “Indifference
Point” atau “Break-event point”
(dalam financial leverage).
B.
“Indifference Point” antara Hutang dengan Saham
Biasa
Pembedaan tingkat EBIT akan mempunyai “income effect” yang berbeda terhadap
EPS pada berbagai perimbangan pembelanjaan atau “financing mix”. Pada suatu tingkat EBIT tertentu, suatu peimbangan
pembelanjaan Hutang - Saham Biasa 40 – 60
(atau leverage factor 40%) mempunyai “income effect” yang paling besar
terhadap EPS dibandingkan dengan perimbangan yang lain, misalkan 15 – 85 (LF 15%). Apabila tingkat EBIT turun
misalkan, maka mungkin perimbangan yang lain yang mempunyai efek paling menguntungkan
terhadap EPS. Untuk dapat mengetahui perimbangan pembelanjaan yang mana yang
mempunya “income effect” yang
terbesar terhadap EPS pada setiap tingkat EBIT, maka perlulah ditentukan lebih
dahulu “indifference point” antara
berbagai perimbangan pembelanjaan tersebut.
C.
ANALISIS LEVERAGE OPERASI DAN LEVERAGE KEUANGAN
Konsep operating dan financial Leverage sangat bermanfaat
untuk analisis, perencanaan dan pengendalian keuangan. Dalam manajemen
keuangan, Leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of founds) oleh perusahaan yang
memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan
potensial pemegang saham. Jika semua biaya bersifat variabel, maka akan
memberikan kepastian bagi perusahaan dalam menghasilkan laba. Tapi karena
sebagai biaya perusahaan bersifat biaya tetap, maka untuk menghasilkan laba
diperlikan tingkat penjualan minimum tertentu.
Biaya tetap adalah biaya yang tidak terkait dengan
operasi perusahaan, sehingga tidak ada kaitannya dengan penjualan perusahaan.
Karena biaya tetap tidak terkait dengan penjulan perusahaan, maka biaya ini
menjadi risiko yang hasus ditanggung oleh perusahaan. Biaya tetap perusahaan
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Biaya tetap operasi
Adalah biaya tetap
dari aktivitas operasional perusahaan. Risiko yang ditimbulkan dari biaya ini
disebut risiko operasional. Biaya ini seperti biaya sewa gudang, biaya tenaga
kerja bagian administrasi, dan lain-lain.
2. Biaya tetap keuangan
Adalah biaya tetap
karena perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan.
Risiko yang ditimbulkan dari biaya ini disebut risiko keuangan. Biaya ini
berupa biaya bunga.
3. Biaya tetap total
Adalah penjumlahan
dari biaya tetap operasi dan keuangan. Risiko yang ditimblkan dari biaya ini
disebut risiko bisnis atau perusahaan.
Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage
dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets
dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuangan pemegang saham.
Sebaliknya leverage juga menigkatkan variabilitas (risko) keuntungan, karena
jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya
tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.
LEVERAGE DAN LAPORAN RUGI LABA
PT ASDB
Laporan
Rugi Laba
1
Januari – 31 Desember 1989
( dalam
Rp 000,- )
D. BIAYA TETAP DAN
VARIABEL
Biaya variable adalah biaya yang dalam jangka pendek
berubah karena perubahan operasi persuahaan. Biaya variable tersebut meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya pemasaran langsung.
Biaya tetap adalah biaya yang dalam jangka pendek tidak
berubah karena variabilitas operasi (tingkat output yang dihasilkan) maupun
penjualan. Biaya-biaya tersebut meliputi depresiasi bangunan kantor dan pabrik,
kendaraan, peralatan kantor, asuransi kecelakaan, kesehatan dan gaji manajer.
Biaya semivariabel adalah biaya yang menigkat secara
bertahap dengan kenaikan output. Contohnya adalah gaji manajer
Biaya va
VC
FC
AFC
Output Output
(a) Varia (b) Tetap
Biaya
SVC
Output
( c ) Semivariabel
Dengan adanya biaya tetap pada struktur biaya perusahaan, maka untuk
mencapai tingkat keuntungan tertentu, perusahaan harus mampu menghasilkan
penjualan inimum tertentu. Jika sebua biaya perusahaan bersifat variable, maka
tidak ada risiko bagi perusahaan. Biaya tetap itu dapat diklasivikasikan
menjadi:
1.
Biaya tetap operasi
2.
Biaya tetap keuangan
3.
Biaya tetap total
Biaya tetap operasi menimbulkan risiko operasi bagi perusahaan. Biaya ini
timbul dari kegiatan operasi keuangan. Biaya tetap keuangan menimbulkan risiko
keuangan. Biaya ini timbul karena penggunaan hutang sebagai sumber dana
perusahaan. Biata tetap total adalah penjumlahan dari biaya tetap operasi
dengan biaya tetap keuangan.
Seluruh biaya tetap itu menimbulkan risiko bagi perusahaan. Risiko yang
ditimbulkan oleh biaya tetap operasi disebut risiko operasi. Tingkat risiko
tersebut secara kuantitaif dapat diukur dengan leverage operasi. Risiko yang
ditimbulkan dari biaya tetap keuangan disebut risiko keuangan. Tingkat risiko
tersebut secara kuantitatif dapat diukur dengan leverage keuangan. Secara
keseluruhan risiko operasi dan risiko keuangan disebut risiko bisnis atau
risiko perusahaan. Tingkat risiko tersebut secara kuantitatif dapat diukur
dengan leverage total.
E. OPERATING LEVERAGE
Apabila perusahaan memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap,
maka dikatakan perusahaan menggunakan leverage. Dengan menggunakan operating
leverage, perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan
perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Multiplier effect
hasil penggunaan biaya operasi tetap terhadap laba sebelum bunga dan pajak
disebut dengan degree of operating leverage atau disingkat menjadi DOL.
Sementara itu perusahaan yang menggunakan sumber dana dengan beban tetap
dikatakan bahwa perusahaan mempunyai financial leverage. Penggunaan financial
leverage ini dengan harapan agar terjadi perubahan laba per lembar saham (EPS)
yang lebih besar daripada perubahan laba sebelum bungan dan pajak (EBIT).
Multiplier effect yang dihasilkan karena penggunaan dana denga biaya tetap ini
disebut dengan degree of financial
leverage (DFL).
|
Atau
∆ EBIT
EBIT
DOL pada X =
∆ Penjualan
Penjualan
Atau:
(P-V) Q
DOL =
(P-V) Q - F
Setelah menghitung nilai DOL, selanjutnya menganalisis hasil dari
perhitungan DOL. DOL dapat diartikan, jika volume penjualan berubah
(naik/turun) sebesar m%, maka EBIT akan berubah searan sebesar m% x DOL. Jadi
DOL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap laba operasinya.
F. FINANCIAL LEVERAGE
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap
dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar
daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi
pemegang saham. Financial leverage dengan demikian menunjukan perubahan lab per
lembar saham (earning per share atau EPS) sebagai akibat perubahan EBIT.
% Perubahan EPS
DFL pada X =
% Perubahan EBIT
Yang dapat
diformulasikan menjadi :
∆ EPS
EPS
DFL pada X =
∆
EBIT
EBIT
Atau:
(P-V) Q - F
DFL =
(P-V) Q – F – I
Setelah menghitung nilai DFL, selanjutnya menganalisis hasil dari
perhitungan DFL. DFL dapat diartikan, jika EBIT berubah (naik/turun) sebesar
n%, maka EPS akan berubah searah sebesar n% x DFL. Jadi DFL menunjukkan tingkat
sensitivitas EBIT terhadap EPS.
G. COMBINED LEVERAGE
Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating
leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan
bagi pemegang saham biasa. Degree combined leverage adalah multiplier atas
perubahan laba per lembar saham (EPS) karena perubahan penjualan. Dengan kata
lain degree of combined leverage adalah rasio antara persentase perubahan EPS
dengan persentase perubahan penjualan.
% Perubahan EPS
DCL pada X =
% Perubahan
Penjualan
Yang dapat
diformulasikan menjadi :
∆ EPS
EPS
DCL pada X =
∆ Penjualan
Penjualan
ATAU DCL = DOL x DFL
Setelah menghitung nilai DCL, selanjutnya menganalisis hasil dari
perhitungan DCL. DCL dapat diartikan, jika volume penjualan berubah
(naik/turun) sebesar m%, maka EPS akan berubah searah sebesar m% x DCL. Jadi
DCL menunjukkan tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap EPS.
Seperti halnya degree of operating leverage dan degree of financial
leverage, maka degree of combined leverage juga mengukur resiko perusahaan
secara keseluruhan, baik risiko bisnis maupun risiko financial. Bagi investor
yang ingin menanamkan dananya dalam
hubungannya untuk menentukan tingkat keuntungan yang diminta. Apabila DCL
tinggi berarti resiko perusahaan secara keseluruhan juga tinggi maka investor
juga akan tingkat keuntungan yang tinggi pula. Dengan kata lain perusahaan yang
menggunakan excessive leverage akan menanggung beban tetap yang lebih tinggi
pula kemudian beban tetap yang lebih tinggi ini cenderung akan offset
keuntungan karean penggunaan leverage, dan akhirnya penggunaan leverage yang
excessive akan menyebabkan harga pasar saham menurun yang berarti nilai
perusahaan juga kemakmuran pemegang saham menurun.
Contoh Soal :
The Corciva Inc.
mempunyai data penjualan payung sebagai berikut :
-
Harga jual payung
$50/unit.
-
Harga variabel sebesar
10% dari harga jual dan biaya tetap sebesar $3000.
Hitunglah :
a. Jika pada tahun 2004 terjual 1000 unit payung, berapakah
DOL ?
b. Jika interest yang harus dibayar sebesar $5000, berapakah
DFL ?
c. Berapakah DCL perusahaan ?
Jawab :
a. DOL
= CM
= 1.000($50-$5) =
45.000 = 1,07
EBIT 1.000(45)-3000 45.000-3.000
Artinya :
perubahan te rhadap 1% penjualan
akan mempengaruhi perubahan sebesar 1,07% pada operating income.
b. DFL
= EBIT = 42.000 = 1,14
EBIT – INTEREST 42.000 – 5.000
Artinya : perubahan
1% pada EBIT mempengaruhi perubahan EPS sebesar 1,14%.
c. DCL = DOL x DFL = 1,07 x 1,14 = 1,22
Artinya : setiap
perubahan 1% penjualan akan mempengaruhi perubahan pada EPS sebesar 1,22%.
d. Jika ditargetkan penjualan naik 10% pada satu tahun
mendatang, maka diperkirakan EBIT perusahaan naik sebesar 10,7% (1,07 x 10%)
dan EPSnya diperkirakan naik sebesar 12,2% (1,22 x 10%, atau 1,14 x 10,7%)
Komentar
Posting Komentar