Sifat Diskriminasi
Pekerjaan
Arti diskriminasi adalah membedakan satu objek dari objek lainnya,
tindakan yang secara moral adalah netral dan tidak dapat disalahkan.
Berbeda dengan pengertian modern, istilah ini secara moral tidak netral.
Karena membedakan seseorang dari orang lain bukan berdasarkan
keunggulan yang dimiliki, namun berdasarkan prasangka atau sikap yang
secara moral tercela.
Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan tiga elemen dasar.
Pertama, keputusan yang merugikan seorang pegawai atau calon pegawai
bukan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Kedua, keputusan yang
sepenuhnya atau sebagian diambil berdasarkan prasangka rasial atau
seksual, streotip yang salah, atau sikap lain yang secara moral tidak
benar terhadap anggota kelompok tertentu. Ketiga, keputusan yang
merugikan pada kepentingan pegawai.
Tingkat Diskriminasi
Indikator pertama diskrimnasi muncul apabila
terdapat proporsi yang tidak seimbangatas anggota kelompok tertentu yang
memegang jabatan yang kurang diminati dalam suatu institusi tanpa
mempertimbangkan preferensi ataupun kemampuan mereka. Ada tiga
perbandingan yang membuktikan distribusi semacam itu.
a. perbandingan atas keuntungan rata-rata yang diberikan
institusi pada kelompok yang terdiskriminasi dengan keuntungan rata-rata
yang diberikan pada kelompok lain.
b. perbandingan atas proporsi kelompok yang terdiskriminasi yang
terdapat dalam tingkt yang sama
c. Perbandingan proporsi dari anggota kelompok tersebut yang
memegang jabatan yang lebih menguntungkan dengan proporsi kelompok lain
pada jabatan yang sama.
Diskriminasi: Utilitas, Hak, dan Keadilan
Utilitas
Argumen
utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual didasarkan
pada gagasan bahwa produktivitas masyarakat akan optimal jika pekerjaan
diberiakn berdasarkan kompetensi (’kebaikan’).
Namun, argumen
ini dihadapkan pada dua keberatan. Pertama, jika argumen ini benar,
pekerjaan haruslah diberikan dengan dasar kualifikasi yang berkaitan
dengan pekerjaan, hanya jika hal tersebut akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Kedua, argumen utilitarian harus menjawab
tuntutan penentangnya yang menyatakan bahwa masyarakat secara
keseluruhan akan mem[peroleh keuntungan dari keberadaan bentuk
diskriminasi seksual tertentu.
Kaum utilitarian
menanggapi berbagai kritik dengan menyatakan bahwa menggunakan faktor
selain kualifikasi pekerjaan tidak akan memberikan keuntungan yang lebih
besar dibandingkan dengan kualifikasi pekerjaan.
Hak
Argumen non-utilitarian yang menentang
diskriminasi rasial dan seksual salah satunya menyatakan diskriminasi
salah karena melanggar hak moral dasar manusia. Diskriminasi melanggar
hak prinsip ini dalam dua cara. Pertama, diskriminasi didasarkan pada
keyakinan suatu kelompok dianggap terlau rendah dibanding kelompok lain.
Kedua, diskriminasi menempatkan kelompok yang terdiskriminasi dalam
posisi sosial dan ekonomi yang rendah.
Keadilan
Argumen
non-utilitarian kedua melihat diskriminasi melanggar prinsip keadilan.
Diskriminasi melanggar prinsip ini dengan cara menutup kesempatan bagi
kaum mnoritas untuk menduduki posisi tertentu dala suatu lembaga dan
berarti mereka tidak memperoleh kesempatan yang sama dengan orang lain.
Praktik Diskriminasi
a. Rekrutmen, Perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada
referensi verbal para pegawai saat ini dalam merekrut karyawan baru
cenderung merekrut karyawan dari kelompok ras dan seksual yang sama yang
terdapat dalam perusahaan.
b. Seleksi, kualifikasi pekerjaan dianggap diskriminatif jika
tidak relevan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
c. Kenaikan pangkat, dikatakan diskriminatif jika perusahaan
memisahkan evaluasi kerja pria kulit putih dengan pegawai perempuan dan
pegawai dari kelompok minoritas.
d. Kondisi pekerjaan, pemberian gaji akan diskriminatif jika
dalam jumlah yang tidak sama untuk orang yang melaksanakan pekerjaan
yang pada dasarnya sama
e. PHK,
memecat berdasarkan pertimbangan ras, dan jenis kelamin merupakan
diskriminasi.
Tindakan Afirmatif
Untuk menghapus pengaruh diskriminasi masa lalu, banyak perusahaan yang
melaksanakan pogram tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk mencapai
distribusi yang lebih representatif dalam perusahaan dengan memberikan
preferensi pada kaum perempuan dan minoritas.
Inti dari program ini adalah suatu penyelidikan
yang mendetail atas semua klasifikasi pekerjaan besar dalam perusahaan.
Tujuan penyelidika untuk menentukan apakah jumlah pegawai perempuan dan
minoritas dalam klasifikasi kerja tertentu lebih kecil dibandingkan yang
diperkirakan dari tingkat ketersediaan tenaga kerja kelompok ini di
wilayah tempat mereka direkrut. Perusahaan menunjuk seseorang untuk
mengoorinasikan dan melaksanakan program afirmatif, dan melaksanakan
program dan langkah khusus untuk menambah pegawai baru dari kelompok
minoritas dan perempuan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.
Bagi banyak orang, program tindakan afirmatif
yang memberikan pekerjaan berdasarkan keanggotaan dalam kelompok yang
dirugikan tidak sepenuhnya legal. Namun, yang lain menginterpretasikan
”rekomendasi” secara lebih sempit, yaitu senioritas tidak dapat
diberikan hanya karena seseorang menjadi anggota suatu kelompok yang
dirugikan.
Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi
Keadilan
kompensatif mengimplementasikan bahwa seseorang wajib memberikan
kompensasi terhadap orang yang dirugikan secara sengaja. Selanjutnya,
program tindakan afirmatif diinterpretasikan sebagai salah satu bentuk
ganti rugi yang diberikan kaum pria kulit putih kepada perempuan dan
kaum minoritas karena telah merugikan mereka di masa lalu.
Kelemahan
argumen yang mendukung tindakan afirmatif yang didasarkan pada prinsip
kompensasi adalah prinsip ini mensyaratkan hanya dari individu yang
sengaja merugikan orang lain, dan hanya memberikan kompensasi kepada
individu yang dirugikan.
Tindakan Afirmatif Sebagai Instrumen untuk Mencapai Tujuan
Sosial
Hambatan utama yang dihadapi oleh
pembenaran utilitarian atas program afirmatif, pertama berkaitan dengan
persoalan apakah biaya sosial dari program tindakan afirmatif lebih
besar dari keuntungan yang diperoleh. Kedua, mempertanyakan asumsi bahwa
ras merupakan indikator kebutuhan yang tepat.
Salah satu
tujuan pogram tindakan afirmatif adalah mendistribusikan keuntungan dan
beban masyarakat yang konsisten dengan prinsip keadilan distributif, dan
mampu menghapuskan dominasi rasatau jenis kelamin tertentu atas
kelompok pekerjaan yang penting.
Tujuan dasarnya
adalah terciptanya masyarakat yang lebih adil. Kesempatan
yang dimiliki seseorang tidak dibatasi oleh ras atau jenis kelaminnya.
Tujuan ini secara moral sah sejauh usaha untuk memperoleh kesempatan
yang sama secara moral juga masih dianggap sah.
Penerapan Tindakan Afirmatif
dan Penanganan Keberagaman
Kriteria lain
selain ras dan jenis kelamin yang perlu dipertimbangkan saat mengambil
keputusan dalam program tindakan afirmatif. Pertama, jika hanya kriteria
ras dan jenis kelamin yang digunakan akan mengarah pada perekrutan
pegawai yang tidak berkualifikasi dan mungkin menurunkan produktivitas.
Kedua, banyak pekerjaan yang memiliki pengaruh penting pada kehidupan
orang lain. Jika suatu pekerjaan memiliki pengaruh penting, katakanlah
pada jiwa orang lain, kriteria selain ras dan jenis kelamin harus
diutamakan dan lebih dipertimbangkan dibandingkan tindakan afirmatif.
Kontroversi
sehubungan dengan kelayakan moral program tindakan afirmatif belum
berakhir. Tidak berarti program seperti itu tidak melanggar semua
prinsip moral. Jika argumen itu benar, program tindakan afirmatif
setidaknya konsisten dengan prinsip moral.
Komentar
Posting Komentar