Dilema etika
merupakan suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus membuat
keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya.
Para
auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika
dalam karir bisnis mereka. Melakukan kontak dengan seorang klien yang mengancam
akan mencari seorang auditor baru kecuali jika auditor itu bersedia untuk
menerbitkan sutu pendapat wajar tanpa syarat, akan mewakili suatu dilema etika
yang serius terutama jika pendapat wajar tanpa syarat bukanlah pendapat yang
tepat untuk diterbitkan. Memutuskan apakah akan berkonfrontasi dengan seorang
atasan yang telah menyatakan nilai pendapatan departemennya secara material
lebih besar daripada nilai yang sebenarnya agar dapat menerima bonus lebih
besar merupakan suatu dilema etika yang sulit. Tetap menjadi bagian manajemen
sebuah perusahaan yang selalu mengusik dan memperlakukan para pegawainya dengan
tidak layak atau melayani para pelanggannya secara tidak jujur merupakan suatu
dilema moral, khususnya jika ia memiliki keluarga yang harus dibiayai serta
terdapat persaingan yang sangat ketat dalam lapangan pekerjaan.
Terdapat
banyak alternatif untuk menyelesaikan dilema-dilema etika tetapi perhatin yang
serius harus diberikan untuk menghindari terlaksananya metode-metode yang
merasionalisasikan perilaku tidak etis. Metode-metode rasionalisasi yang
digunakan yang dengan mudah dapat menghasilkan tindakan tidak etis diantaranya
:
Setiap orang melakukannya
Argumentasi
bahwa merupakan perilaku yang wajar bila dapat memalsukan pajak penghasilan,
atau menjual produk yang cacat umumnya berdasarkan pada rasionalisasi bahwa
setiap individu lainnya pun melakukan hal tersebut dan hal tersebut merupakan
perilaku yang wajar.
jika merupakan hal yang sah menurut hukum, hal itu
etis
Menggunakan
argumentasi bahwa semua perilaku yang sah menurut hukum adalah perilaku yang
etis sangat bersandarpada kesempurnaan hukum. Dibawah filosofi ini, seseorang
tidak memiliki kewajiban apapun untuk mengembalikan suatu obyek yang hilang
kecuali jika pihak lainnya dapat membuktikan bahwa obyek tersebut miliknya.
- Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya
Filosofi ini
bersandar pada evaluasi atas kemungkinan bahwa individu lainnya akan menemukan
perilaku tersebut. Biasanya pribadi itu akan menilai pula kerasnya tingkat
penalti ( konsekuensi ) yang akan diterimanya bila hal tersebut terbongkar.
Suatu contoh atas hal ini adalah memutuskan apakah akan mengoreksi suatu
kelebihan tagihan yang tak disengaja dibuat pada seorang pelanggan saat
pelanggan tersebut telah membayar seluruh tagihannya. Jika si penjual percaya
bahwa pelanggan itu akan mendeteksi kesalahan itu dan sebagai responnya sang
pelanggan tidak akan pernah membeli lagi kepadanya, maka sang penjual akan
segera menginformasikan kesalahan yang terjadi pada sang pembeli, sebaliknya ia
akan menunggu hingga pelanggan tersebut memberikan pengaduannya.
Dalam
tahun-tahun terakhir, kerangka-kerangka kerja resmi telah dikembangkan untuk
membantu masyarakat bahkan para akuntan publik (auditor) dalam menyelesaikan
dilema etika. Tujuan dari suatu kerangka kerja adalah mengidentifikasikan
berbagai isu etikadan memutuskan serangkaian tindakan yang tepat dengan
menggunakan nilai-nilai yang dianut oleh individu itu. Pendekatan enam langkah
berikut ini dimaksudkan agar dapat menjadi suatu pendekatan yang relatif
sederhana untuk menyelesaikan dilema etika.
Memperoleh fakta-fakta yang relevan.
Mengidentifikasi isu-isu etika berdasarkan fakta-fakta
tersebut.
Menentukan siapa yang akan terkena pengaruh di
keluaran (outcome) dilema tersebut dan bagaimana cara masing-masing pribadi
atau kelompok itu dipengaruhi.
Mengidentifikasikan berbagai alternatif yang tersedia
bagi pribadi yang harus menyelesaikan dilema tersebut.
Mengidentifikasikan konsekuensi yang mungkin terjadi
pada setiap alternatif.
Memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan.
Komentar
Posting Komentar