Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama pereode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainya.
Return on equity atau profitabilitas adalah Suatu pengukuran dari penghasilan atauincome yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Committee on terminology mendefinisikan profitabilitas adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Sedangkan menurut APB Statement mengartikan profitabilitas adalah kelebihan (defisit) penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi (Harahap, 2001: 226).
Profitabilitas merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan (Simamora, 2000: 528)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah Penghasilan yang diinginkan oleh perusahaan dalam menjual produknya pada periode akuntansi tertentu.
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama pereode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainya.
Return on equity atau profitabilitas adalah Suatu pengukuran dari penghasilan atauincome yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Committee on terminology mendefinisikan profitabilitas adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Sedangkan menurut APB Statement mengartikan profitabilitas adalah kelebihan (defisit) penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi (Harahap, 2001: 226).
Profitabilitas merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan (Simamora, 2000: 528)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah Penghasilan yang diinginkan oleh perusahaan dalam menjual produknya pada periode akuntansi tertentu.
Mengukur Profitabilitas
Terdapat dua jenis pengukuran
profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi suatu pusat laba, sama halnya
seperti dalam mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan. Pertama adalah
pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus pada bagaimana hasil kerja
para manajer. Pengukuran ini digunakan untuk perencanaan (planning), koordinasi
(coordinating), dan pengendalian (controlling) kegiatan sehari-hari dari pusat
laba dan sebagai alat untuk memberikan motivasi yang tepat bagi para manajer.
Yang kedua adalah ukuran kinerja ekonomis, yang memiliki fokus pada bagaimana
kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi. Maksud dari kedua ukuran di
atas berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, laporan kinerja manajemen suatu
toko cabang dapat memperlihatkan bahwa manajer toko tersebut memiliki kinerja
yang sangat baik; tetapi laporan kinerja ekonomisnya dapat memperlihatkan bahwa
toko tersebut kehilangan posisinya di pasar dan harus ditutup.
Jenis-Jenis Ukuran Kinerja
Kinerja ekonomis suatu pusat
laba selalu diukur dari laba bersih (yaitu, pendapatan yang tersisa setelah
seluruh biaya, termasuk porsi yang pantas untuk overhead korporat, dialokasikan
ke pusat laba). Meskipun demikian, kinerja manajer pusat laba dapat dievaluasi
berdasarkan lima ukuran profitabilitas: (A) margin kontribusi, (B) laba
langsung, (C) laba yang dapat dikendalikan, (D) laba sebelum pajak, atau (E)
laba bersih.
A. Contribution Margin
Kontribusi margin merupakan analisis
biaya-volume-laba bagian
dari manajemen
akuntansi terhadap
margin keuntungan dalam penjualan per unit dan berguna dalam melaksanakan
berbagai perhitungan atau digunakan sebagai ukuran kepengaruhan operasional.
Margin
kontribusi menunjukkan rentang antara pendapatan dengan beban variable.
Alasan
utama mengapa ini digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer pusat laba
adalah bahwa karena beban tetap berada di luar kendali manajer tersebut,
sehingga para manajer harus memusatkan perhatian untuk memaksimalkan margin
kontribusi. Permasalahan dari argument di atas adalah bahwa alasannya tidak
tepat; karena pada kenyataannya, hampir seluruh pengeluaran tetap dapat
dikendalikan oleh para manajer.
Rumus
Total Margin
Kontribusi (Total
Contribution Margin (TCM)) adalah Total Pendapatan atau Penjualan (Total
Revenue(TR atau Sales) tanpa ikutan Total Biaya Variabel {Total Variable
Cost(TVC)):
Unit Margin Kontribusi {Unit Contribution Margin (C)) adalah Satuan
Pendapatan (Unit Revenue (Price, P)) tanpa ikutan Satuan Biaya Variabel
(Unit Variable Cost (V)):
Ratio Margin Kontribusi (Contribution Margin Ratio)
adalah persentase Kontribusi atas Pendapatan Total (Total Revenue), yang
mana dapat dihitung dari kontribusi satuan terhadap harga satuan atau jumlah
kontribusi terhadap jumlah Pendapatan:
Misalkan, harga adalah Rp 10 dan biaya variabel per unit
adalah Rp 2, maka per unit margin kontribusi adalah Rp 8, dan ratio Margin
kontribusi adalah Rp 8 / Rp 10 = 80 %
Penjelasan
Margin kontribusi dapat dikemukakan sebagai pecahan dari
kontribusi penjualan yang memperseimbangkan biaya tetap atau unit margin
kontribusi adalah jumlah setiap unit penjualan menambahkan terhadap keuntungan:
ini adalah lekukan dari Laba.
Kontribusi akan muncul dalam perhitungan
Biaya-Volume-Profit Analysis ((Cost-Volume-Profit Analysis (CVP)):
memakai model Biaya-Volume-Profit Analysis ((Cost-Volume-Profit Analysis
(CVP)) maka penghitungan Laba dan Rugi (Net Income) mengurangi sebagai
berikut:
B. Direct Profit
Laba
langsung mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead umum dan laba
perusahaan. Ukuran ini menggabungkan seluruh pengeluaran pusat laba, baik yang
dikeluarkan oleh atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba tersebut tanpa
memperdulikan apakah pos-pos ini ada dalam kendali manajer pusat laba atau tidak.
Meskipun demikian, pengeluaran yang terjadi di kantor pusat tidak termasuk
dalam perhitungan ini. Kelemahan dari pengukuran laba langsung
adalah bahwa ia tidak memasukkan unsur manfaat dari biaya-biaya kantor pusat.
Jadi Rumus Laba
Langsung = penjualan – (beban variabel+beban
tetap)atau margin kontribusi – beban tetap(yang terdiri dari beban pokok
penjualan , beban pemasaran, dan beban administrasi umum).
C. Laba
Terkontrol
Laba terkontrol adalah laba yang dapat
dikendalikan dan ditelusuri pada divisi yang bersangkutan oleh manajer pusat
laba. Laba dihasilkan setelah dikurangi seluruh biaya yang tidak langsung dapat
dibandingkan dengan laba rata-rata industry (biaya perusahaan yang terkontrol).
Pengeluaran-pengeluaran
kantor pusat dapat dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu: dapat dikendalikan
dan tidak dapat dikendalikan. Yang termasuk dalam kategori pertama adalah
pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikendalikan, paling tidak pada tingkat
tertentu, oleh manajer unit bisnis.
Rumus Laba Terkontrol
= direct profit - beban terkendali dari kantor pusat
D. Pendapatan Sebelum Pajak
Dalam
ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat laba berdasarkan
jumlah relative dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Ada dua argument
yang menentang alokasi ini. Pertama, karena biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
staf di departemen korporat seperti bagian keuangan, akuntansi, dan bagian
sumber daya manusia tidak dapat dikendalikan oleh manajer pusat laba, maka
manajer tersebut sebaiknya tidak dianggap bertanggung jawab untuk biaya
tersebut. Kedua, sulit untuk mengalokasikan jasa staf korporat dengan cara yang
secara wajar mencerminkan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pusat laba.
Dasar
pengalokasian ini menunjukkan jumlah relative biaya yang terjadi pada
masing-masing pusat laba. Ada 2 macam cara penerapan pengalokasian ini yaitu :
Biaya
yang terjadi oleh kantor pusat seperti biaya pada bagian akuntansi dan
administrasi tidak data diawasi oelh manajer pusat laba. Oleh karena itu biaya
tidak dimaksukkan karena tidak dapat dikendalikan.
Kesulitan
menemukan metode yang tepat untuk menaglokasikan biaya kantor pusat yang
benar-benar berhubungan dengan pusat laba.
Jika
pusat laba dibebankan dengan sebagian overhead korporat, maka hal ini harus
dihitung berdasarkan biaya yang telah dianggarkan, dan bukan biaya aktual,
dimana kolom “anggaran”dan “aktual” dalam laporan kinerja pusat laba
menunjukkan jumlah yang hampir sama untuk pos khusus ini.
Rumus profit before tax = controllable
profit - beban kantor pusat lainnya.
E. Pendapatan Bersih
Di
sini, perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestik berdasarkan laba bersih,
yaitu jumlah laba bersih setelah pajak. Ada dua argument utama yang menentang
penggunaan metode ini: (1) laba setelah pajak sering kali merupakan persentase
yang konstan atas laba sebelum pajak, dalam kasus mana tidak terdapat manfaat
dengan memasukkan unsure pajak penghasilan; dan (2) karena banyak keputusan
yang mempengaruhi pajak penghasilan dibuat di kantor pusat, maka tidaklah tepat
jika para manajer pusat laba harus menanggung konsekuensi dari
keputusan-keputusan tersebut.
Perusahaan mengukur kinerja pusat laba
domestik berdasarkan bottom line,
yaitu jumlah pendapatan bersih setelah
dikurangi
pajak. Dengan cara ini perusahaan mengukur kinerja pusat laba dari jumlah
pendapatan bersih setelah pajak.
Pengukuran
laba terakhir adalah menggunakan laba bersih setelah pajak, yaitu laba sebelum
pajak – pajak penghasilan pusat laba yang bersangkutan.
Komentar
Posting Komentar